KAWAH IJEN - BANYUWANGI

Cerita sebelumnya Taman Nasional Baluran

Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan kami harus sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kawah ijen. Alhamdulillah dalam waktu 2 jam tadi aku sempat tertidur pulas. Tidur pun dilanjutkan di dalam mobil yang mengantar kami ke kawah ijen karena perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 jam. Kami pun tiba di area parkir kawah ijen. Sebelum tiba di kawasan kawah ijen, kami sempat diminta membayar retribusi sebesar Rp.3000/orang ketika melewati sebuah desa yang terletak di kecamatan Licin yaitu kawasan desa wisata Tamansari. Awalnya kupikir kami sudah sampai di kawah ijen ternyata perjalanan masih berlanjut. 

Desa Tamansari ini letaknya berada di tengah-tengah perjalanan menuju kawah ijen sehingga desa ini pun tepat untuk dijadikan rest area bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kawah ijen. Di desa wisata Tamansari ini wisatawan bisa mencicipi kuliner khas suku Osing, keindahan alamnya, keramahtamahan warga lokal dan juga membeli oleh-oleh. Penduduk asli banyuwangi disebut dengan suku Osing. Suku Osing ini memiliki dialek dan bahasa sendiri yang berbeda yang merupakan turunan langsung dari bahasa jawa kuno tapi bukan bahasa jawa ataupun bahasa madura. Untuk melestarikan kebudayaan dan keberadaan suku Osing ini maka ditetapkanlah desa Kemiren yang terletak di kecamatan Glagah sebagai desa adat dan desa wisata yang tetap melestarikan nilai-nilai budaya suku Osing.

Harga tiket masuk ke kawah ijen adalah Rp.7000/orang, harga yang lebih murah dibandingkan htm ke TN Baluran. Sebelum mulai menanjak ke kawah ijen, kami mampir dulu ke toilet agar tidak ada hasrat untuk membuang hajat baik ketika nanjak ataupun setibanya di atas sana. Tapi jujur walaupun saya telah buang air kecil sebelum nanjak tetap saja ada kekhawatiran jika nanti di atas sana ingin lagi secara hawa dingin memudahkan saya untuk ingin buang air kecil. Sebelum nanjak kami diberi petunjuk oleh guide agar berjalan santai aja, tidak usah buru-buru, jika lelah.....berhenti jangan dipaksakan untuk jalan terus. Tehnik ini pun kami praktekkan dan walhasil 8 dari 10 orang yang nanjak berhasil tiba di puncak kawah ijen dalam waktu kurang lebih 2 jam dengan usia kami yang sudah cukup umurlah......hahaha.....eeiittt tapi 3 dari yang 8 masih muda kok dan tentunya mereka tiba di atas lebih awal. Saya cukup salut dengan teman-teman perjalanan saya ini, dengan kondisi yang hanya istirahat 2 jam di penginapan & 2 jam di dalam kendaraan setelah melalui perjalanan yang cukup jauh dari surabaya ke Banyuwangi, mereka tetap fit dan tiba di atas dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan ada beberapa teman yang tidak merasakan tidur pulas ketika persiapan berangkat dari Jakarta karena harus berangkat jam 3 dinihari ke Bandara Soetta. Alhamdulillah kami diberi kesehatan dan stamina yang fit.

Kawah Ijen merupakan sebuah danau di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.443 mdpl dengan kedalaman danau sekitar 200 meter dan luas danau 5.466 hektar. Danau kawah ijen yang berwarna hijau tosca memiliki sifat asam yang terbesar di dunia. Gunung Ijen sendiri masih merupakan gunung berapi yang aktif yang terletak di perbatasan kabupaten Banyuwangi dan kabupaten Bondowoso yang masih berdekatan dengan Gunung Merapi dan Gunung Raung. Gunung Ijen kini telah ditetapkan sebagai cagar biosfir oleh Unesco, tentunya ini akan mendatangkan wisatawan mancanegara yang lebih banyak. Salah satu keunikan dari gunung Ijen adalah adanya blue fire atau api biru yang muncul di tengah-tengan penambangan belerang. Blue fire ini hanya bisa dilihat sejak dinihari sampai dengan jam 5 pagi. Di dunia ini hanya ada 2 fenomena blue fire dan yang satunya terletak di negara Islandia

Awalnya beberapa teman ada yang ingin turun melihat blue fire tapi akhirnya diurungkan setelah melihat jalur yang akan dilalui terlihat begitu terjal, tentunya akan membutuhkan tenaga ekstra untuk kembali naik. Kami pun tidak bisa mengabadikan blue fire dalam jepretan kamera karena tidak ada yang membawa lensa jarak jauh (memang gak ada yang punya juga sih....hehehehe....). Bagi yang muslim saya sarankan untuk membawa alas untuk shalat shubuh di atas sana, jangan sampai kita lalai menunaikan kewajiban di saat kita sedang menikmati keindahahan ciptaan-Nya. Memang tidak ada fasilitas tempat shalat ketika tiba di atas kawah ijen tapi dimanapun kita berada kita harus tetap tegakkan kewajiban itu, pandai-pandailah mencari tempat, tak bisa wudhu dengan air Allah kasih keringanan dengan tayamum. 
















Sayangnya kami tidak bisa melihat warna kawah ijen yang hijau tosca, kawah tersebut selalu ditutupi baik oleh kabut maupun asap belerang. Berdasarkan info dari beberapa teman jika ingin melihat kawahnya yang berwarna hijau tosca maka bertahanlah sampai sekitar jam 9 pagi. Tapi bagi kami jika harus menunggu sampai jam 9, waktu yang terlalu lama sedangkan beberapa dari kami saja sudah ingin buru-buru ke toilet...hahahaha.....Perjalanan turun ternyata lebih berat karena medan yang sedikit berpasir dan kaki yang harus sedikit menahan berat badan. Seorang teman pun beberapa kali terjatuh ketika turun dan 2 di antara kami turun dengan menggunakan trolley yang ditawarkan oleh warga lokal....hahahaha....ternyata di kawah ijen ada penyewaan trolley bagi yang tidak sanggup.



1 komentar: